watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

ANITA SEPUPUKU

Cerita ini terjadi pada tahun 1997. Ini merupakan
ceritaku nyata. Pada saat aku masih kuliah di
semester 2, ibuku sakit dan dirawat di kota S. Oh,
iya aku tinggal di kota L. Cukup jauh sih dari kota
S. Karena ibuku sakit, sehingga tidak ada yang
masak dan menunggu dagangan. Soalnya adik-
adikku semua masih sekolah. Akhirnya aku usul
kepada ibuku kalau sepupuku yang ada di kota
lain menginap di sini (di rumahku). Dan ide itu
pun disetujui. Maka datanglah sepupuku tadi.

Sepupuku (selanjutnya aku panggil Anita)
orangnya sih tidak terlalu cantik, tingginya sekitar
160 cm, dadanya masih kecil (tidak nampak
montok seperti sekarang). Tetapi dia itu akrab
sekali dengan aku. Aku dianggapnya seperti kakak
sendiri.
Nah kejadiannya itu waktu aku lagi liburan
semester.

Waktu liburan itu aku banyak
menghabiskan waktu untuk menunggu
dagangan ibuku. Otomatis dong aku banyak
menghabiskan waktu dengan Anita. Mula-
mulanya sih biasa-biasa saja, layaknya hubungan
kami sebagai sepupu. Suatu malam, kami (aku,
Anita, dan adik-adikku) sudah ingin tidur. Adikku
masing-masing tidur di kamarnya masing-
masing. Sedang aku yang suka menonton TV,
memilih tidur di depan TV. Nah, ketika sedang
menonton TV, datang Anita dan nonton
bersamaku, rupanya Anita belum tidur juga.

Sambil nonton, kami berdua bercerita mengenai
segala hal yang bisa kami ceritakan, tentang diri
kami masing-masing dan teman-teman kami.

Nah, ketika kami sedang nonton TV, dimana film
di TV ada adegan ciuman antara laki-laki dan
perempuan (sorry udah lupa tuh judul filmnya).

Eh, Anita itu merespon dan bicara padaku, “Wah
temenku sih biasa begituan (ciuman).”
Terus aku jawab, “Eh.. Kok tau..?”
Rupanya teman Anita yang pacaran itu suka cerita
ke Anita kalau dia waktu pacaran pernah ciuman
bahkan sampai ‘anu’ teman Anita itu sering
dimasuki jari pacarnya. Tidak tanggung-
tanggung, bahkan sampai dua jarinya masuk.

Setelah kukomentari lebih lanjut, aku menebak
bahwa Anita nih ingin juga kali. Terus aku
bertanya padanya, “Eh, kamu mau juga nggak..?”
Tanpa kuduga, ternyata dia mau. Wah kebetulan
nih.

Dia bahkan bertanya, “Sakit nggak sih..?”
Ya kujawab saja, “Ya nggak tahu lah, wong
belum pernah… Gimana.., mau nggak..?”
Anita berkata, “Iya deh, tapi pelan-pelan ya..? Kata
temenku kalo jarinya masuk dengan kasar,
‘anunya’ jadi sakit.”
“Iya deh..!”, jawabku.

Kami berdua masih terus menonton film di TV.
Waktu itu kami tiduran di lantai. Kudekati dia dan
langsung tanganku menuju selangkangannya (to
the point bok..!). Kuselusupkan tangan kananku ke
dalam CD-nya dan kuelus-elus dengan
lembutnya. Anita tidak menolak, bahkan dengan
sengaja merebahkan tubuhnya, dan kakinya agak
diselonjorkan. Saat merabanya, aku seperti
memegang pembalut, dan setelah kutanyakan
ternyata memang sejak lima hari lalu dia sedang
menstruasi.

Aku tidak mencoba membuka pakaian maupun
CD-nya, maklumlah takut kalau ketahuan sama
adik-adikku. Dengan CD masih melekat di
tubuhnya, kuraba daerah di atas kemaluannya.
Kurasakan bulu kemaluannya masih lembut, tapi
sudah agak banyak seperti bulu-bulu yang ada di
tanganku. Kuraba terus dengan lembut, tapi
belum sampai menyentuh ‘anunya’, dan
terdengar suara desisan walau tidak keras.

Kemudian kurasakan sekarang dia berusaha
mengangkat pantatnya agar jari-jariku segera
menyentuh kemaluannya. Segera kupenuhi
keinginannya itu.
Waktu pertama kusentuh kemaluannya, dia
terjengat dan mendesis. Kugosok-gosok bibir
kewanitaannya sekitar lima menit, dan akhirnya
kumasukkan jari tengahku ke liang senggamanya.

kumpulan Cerita Dewasa Lainya, Dapat Anda Lihat & Baca Hanya Di :
www.ceritaindo.sextgem.com

“Auw..,” begitu reaksinya setelah jariku masuk
setengahnya dan tangannya memegangi
tanganku.

Setelah itu dengan pelan kukeluarkan jariku,
“Eeessshhh..”, desisnya.
Lalu kutanya, “Gimana..? Sakit..?”
Dia menggeleng dan tanpa kusadari tangannya
kini memegang telapak tangan kananku (yang
berada di dalam CD-nya), seakan memberi
komando kepadaku untuk meneruskan kerjaku.

Sambil terus kukeluar-masukkan jariku, Anita
juga tampak meram serta mendesis-desis
keenakan. Sementara terasa di dalam CD-ku,
batang kemaluanku juga bangun, tapi aku belum
berani untuk meminta Anita memegang rudalku
(padahal aku sudah ingin sekali). Sekitar 10 menit
peristiwa itu terjadi. Kulihat dia tambah keras
desisannya dan kedua kakinya dirapatkan ke kaki
kiriku. Sepertinya dia telah mengalami klimaks,
dan kami akhirnya tidur di kamar masing-
masing.

Hari berikutnya, aku dan Anita siap-siap
membuka warung, adikku pada berangkat
sekolah, sehingga hanya ada aku dan Anita di
warung. Hari itu Anita jadi lebih berani padaku. Di
dalam warungku sambil duduk dia berani
memegang tanganku dan menuntunnya untuk
memegang kemaluannya. Waktu itu dia memakai
hem dan rok di atas lutut, hingga aku langsung
bisa memegang selangkangannya yang terhalang
CD dan pembalut. Kaget juga aku, soalnya ini kan
lagi ada di warung.

“Nggak pa-pa Mas.., khan lagi sepi”, katanya
dengan enteng seakan mengerti yang kupikirkan.
“Lha kalo ada pembeli gimana nanti..?”, tanyaku.
“Ya udahan dulu, baru setelah pembelinya balik,
kita lanjutin lagi, ok..?”, jawabnya.
Dengan terpaksa kuraba-raba selangkangannya.
Hal tersebut kulakukan sambil mengawasi di luar
warung kalau-kalau nanti ada pembeli datang.

Sementara aku mengelus selangkangannya, Anita
mencengkeram pahaku sambil bibirnya digigit
pelan tanda menikmati balaianku. Peristiwa itu
kuakui sangat membuatku terangsang sekali,
sehingga celana pendekku langsung terlihat
menonjol yang bertanda batang kejantananku
ingin berontak.

“Lho Mas, anunya Mas kok ngaceng..?”, katanya.
Ternyata dia melihatku, kujawab, “Iya ini sih
tandanya aku masih normal…”
Aku terus melanjuntukan pekerjaanku. Tanpa
kusadari dia pun mengelus-elus celanaku, tepat di
bagian batang kemaluanku. Kadang dia juga
menggenggam kemaluanku sehingga aku juga
merasa keenakan. Baru mau kumasukkan
tanganku ke CD-nya, tiba-tiba aku melihat di
kejauhan ada anak yang sepertinya mau membeli
sesuatu di warungku.
Kubisiki dia, “Heh ada orang tuh..! Stop dulu ya..?”
Aku menghentikan elusanku, dia berdiri dan
berjalan ke depan warung. Benar saja, untung
kami segera menghentikan kegiatan kami, kalo
tidak, wah bisa berabe nanti. Sehabis melayani
anak itu, dia balik lagi duduk di sebelahku dan
kami memulai lagi kegiatan kami yang terhenti.

Seharian kami melakukannya, tapi aku tidak
membuka CD-nya, karena terlalu beresiko. Jadi
kami seharian hanya saling mengelus di bagian
luar saja.

Malam harinya kami melakukan lagi. Aku
sendirian nonton TV, sementara adikku semua
sudah tidur. Tiba-tiba dia mendatangiku dan ikut
tiduran di lantai, di dekatku sambil nonton TV.
Kemudian tiba-tiba dia memegang tanganku dan
dituntun ke selangkangannya. Aku yang langsung
diperlakukan demikian merasa mengerti dan
langsung aku masuk ke dalam CD-nya, dan
langsung memasukkan jariku ke kemaluannya.

Sedangkan dia juga langsung memegang batang
kejantananku.
“Aku copot ya CD kamu, biar lebih enakan”,
kataku.
Dia mengangguk dan aku langsung mencopot
CD-nya. Saat itu dia memakai rok mininya yang
tadi, sehingga dengan mudah aku mencopotnya
dan langsung tanganku mengorek-ngorek
lembah kewanitaannya dengan jari telunjukku.

Aku juga menyuruh mengeluarkan batang
kejantananku dari CD-ku, sehingga dia kini bisa
melihat rudalku dengan jelas, dan dia kusuruh
untuk menggenggamnya. Kukorek-korek
kemaluannya, kukeluar-masukkan jariku,
tampaknya dia sangat menikmatinya. Kulihat
batang kemaluanku hanya digenggamnya saja,
maka kusuruh dia untuk mengocoknya pelan-
pelan, namun karena dia tidak melumasi dulu
batangku, maka kemaluanku jadi agak sakit, tapi
enak juga sih.

“Eehhhsssttt… Eehhhsssttt… Ouw.., eehhhsssttt…
Eehhhsssttt… Eehhhssstt..”
Begitu erangannya saat kukeluar-masukkan
jariku.

Kumasukkan jariku lebih dalam lagi ke liang
kewanitaannya dan dia mendesis lebih keras, aku
suruh dia agar jangan keras-keras, takut nanti
adikku terbangun.
“Kocokkannya lebih pelan dong..!”, kataku yang
merasa kocokkannya terhenti.
Kupercepat gerakan jariku di dalam liangnya,
kurasakan dia mengimbanginya dengan
menggerakkan pantatnya ke depan dan ke
belakang, seakan dia lagi menggauli jariku.

Dan akhirnya, “Oh.., oohhh.. Oohhh.. Ohhh..”
Rupanya dia mencapai klimaksnya yang pertama,
sambil kakinya mengapit dengan keras kaki
kananku.
Kucabut jariku dari kemaluannya, kulihat masih
ada noda merah di jariku. Karena aku belum
puas, aku langsung pergi ke kamar mandi dan
kutuntun Anita. Di kamar mandi aku minta dia
untuk mengocok batang kejantananku dengan
tangannya. Dia mau. Aku lepaskan celanaku,
setelah itu CD-ku dan batang kejantananku
langsung berdiri tegap. Kusuruh dia mengambil
sabun dan melumuri tangannya dengan sabun
itu, lalu kusuruh untuk segera mengocoknya.

Karena belum terbiasa, sering tangannya keluar
dari batangku, terus kusuruh agar tangannya
waktu mengocok itu jangan sampai lepas dari
batangku. Setelah lima menit, akhirnya aku
klimaks juga, dan kusuruh menghentikan
kocokannya.
Seperti pagi hari sebelumnya, kami mengulangi
perbuatan itu lagi. Tidak ada yang dapat
kuceritakan kejadian pagi itu karena hampir sama
dengan yang terjadi di pagi hari sebelumnya. Tapi
pada malam harinya, seperti biasa, aku sendirian
nonton TV. Anita datang, sambil tiduran dia
nonton TV. Tapi aku yakin tujuannya bukan
untuk nonton, dia sepertia ketagihan dengan
perlakuanku padanya. Dia langsung menuntun
tanganku ke selangkangannya. Aku bisa
menyentuh kewanitaannya, tapi ada yang lain.

Kini dia tidak memakai pembalut lagi.
“Eh, kamu udah selesai mens-nya..?”, tanyaku.

“Iya, tadi sore khan aku udah kramas, masa
nggak tau..?”, katanya.
Aku memang tidak tahu. Karena memang aku
kurang peduli dengan hal-hal seperti itu. Aku jadi
membayangkan yang jorok, wah batang
kejantananku bisa masuk nich. Kuraba-raba CD-
nya. Tepat di lubang kemaluannya, aku agak
menusukkan jariku, dan dia tampak mendesis
perlahan. Tangannya kini sudah membuka
restleting celana pendekku, selanjutnya
membukanya, dan CD-ku juga dilepaskankan ke
bawah sebatas lutut. Digenggamnya batang
kejantananku tanpa sungkan lagi (karena sudah
sering kali ya..?). Aku juga membuka CD-nya, tapi
karena dia masih memakai rok mini lagi, jadi tidak
ketahuan kalau dia sekarang bugil di bagian
bawahnya. Dia kini dalam keadaan mengangkang
dengan kaki agak ditekuk. Kuraba bibir
kemaluannya dan dengan agak keras,
kumasukkan seluruh jari telunjukku ke lubang
senggamanya.

“Uhhh.. Essshhh.. Eessshhh.. Essshhh..”, begitu
desisnya waktu kukeluar-masukkan jariku ke
lubang senggamanya.
Sementara dia kini juga berusaha mengocok
batang keperkasaanku, tapi terasa masih sakit.
Kukorek-korek lubang kemaluannya. Lalu timbul
keinginanku untuk melihat kemaluannya dari
dekat. Maklumlah, aku khan belum melihat
langsung bentuk kemaluan wanita dari dekat.

Paling-paling dari film xxx yang pernah kutonton.
Kuubah posisiku, kakiku kini kuletakkan di
samping kepala Anita, sedangkan kepalaku berada
di depan kemaluannya, sehingga aku dengan
leluasa dapat melihat liang kewanitaannya.

Dengan kedua tanganku, aku berusaha membuka
bibir kemaluannya.
Tapi, “Auw.. Diapaain Mas..? Eshhh.. Uuhhh.”,
desisannya tambah mengeras.
“Sorry.., sakit ya..? Aku mo lihat bentuk anumu
nih, wah bagus juga yach..!”, sambil terus
kukocokkan jariku.

Kulihat daging di lubangnya itu berwarna merah
muda dan terlihat bergerak-gerak.
“Wah, jariku aja susah kalo masuk kesini, apalagi
anuku yang kamu genggam itu ya..?”, pancingku.
Dia diam saja tidak merespon, mungkin lagi
menikmati kocokan jariku karena kulihat dia
memaju-mundurkan pantatnya.
“Eh, sebenarnya yang enak ini mananya sich..?”,
tanyaku.

Tangan kirinya menunjuk sepotong daging kecil
di atas lubang kemaluannya.
“Ini nich.., kalo Mas kocokkan jarinya pas
menyentuh ini rasanya kok gatel-gatel tapi enak
gitu.”
“Mana.., mana.., oh ini ya..?”, kugosok daging itu
(yang kemudian kuketahui bernama klitoris) dan
dia makin kuat menggenggam batang
kemaluanku.

“Ahhh. Auu.. Enakkkk Maaasss… Eeehhh…
Aaahhh.. Truusss Masss, terusiinn.. Ohhh..!”
Tangannya setengah tenaga ingin menahan
tanganku, tapi setengahnya lagi ingin
membiarkan aku terus menggosok benda itu.

Dan akhirnya, “Uhh.. Uhhh.. Uuhhh.. Ahhh..
Aahhh.”, dia mencapai klimaks.
Aku terus menggosoknya, dan tubuhnya terus
menggelinjang seperti cacing kepanasan.
Lalu kubertanya, “Eh, gimana kalo anuku coba
masuk ke sini…? Boleh nggak..? Pasti lebih
enakan..!”
Dia hanya mengangguk pelan dan aku segera
merubah posisiku menjadi tidur miring sejajar
dengan dia. Kugerakkan batang kejantananku
menuju ke lubang kemaluannya. Kucoba
memasukkan, tapi rasanya tidak bisa masuk.

Kurubah posisiku sehingga dia kini berada di
bawahku. Kucoba masukkan lagi batangku ke
lubangnya. Terasa kepala anuku saja yang
masuk, dia sudah mendesis-desis.

Kudorong lebih dalam lagi, tangannya berusaha
menghentikan gerakanku dengan memegang
batangku. Namun rasanya nafsu lebih
mendominasi daripada nalarku, sehingga aku
tidak mempedulikan erangannya lagi.

Kutekan lagi dan, “Auuuwww.. Ehhssaaakkkiittt..!”
Aku berhasil memasukkan batang anuku walau
tidak seluruhnya. Aku diam sejenak dan
bernapas. Terasa anunya memeras batangku
dengan keras.

“Gimana, sakit ya.., mo diterusin nggak..?”,
tanyaku padanya sambil tanganku memegang
pantatnya.
Dia tidak menjawab, hanya terdengar desah
nafasnya. Kugerakkan lagi untuk masuk lebih
dalam. Mulutnya membuka lebar seperti orang
menjerit, tapi tanpa suara.

Karena dia tetap diam, maka kulanjuntukan
dengan mengeluarkan batangku. Dan lagi-lagi dia
seperti menjerit tapi tanpa suara. Saat
kukeluarkan, kulihat ada noda darah di batangku.

Aku jadi kaget, “Wah aku memperawaninya nih.”
“Gimana.., sakit nggak.., kalo nggak lanjut ya..?”,
tanyaku.
“Uhhh.. Tadi sakiiittt sich… Uhhh. Geeelii.” Begitu
katanya waktu anuku kugesek-gesekkan.

Setelah itu kumajukan lagi batang kejantananku,
Anita tampak menutup matanya sambil berusaha
menikmatinya. Baru kali ini batangku masuk ke
liangnya wanita, wah rasanya sungguh nikmat.

Aku belum mengerti, kenapa kok di film-film
yang kulihat, batang kejantanan si pria begitu
mudahnya keluar masuk ke liang senggama
wanita, tapi aku disini kok sulit sekali untuk
menggerakkan batang kejantananku di liang
keperawanannya. Namun setelah beberapa menit
hal itu berlangsung, sepertinya anuku sudah
lancar keluar masuk di anunya, maka agak
kupercepat gerakan maju-mundurku di liangnya.

Kurubah posisiku hingga kini dia berada di
bawahku. Sambil masih kugerakkan batangku,
tanganku berusaha mencapai buah dadanya.
Kuremas-remas buah dadanya yang masih kecil
itu bergantian, lalu kukecup puting buah dadanya
dengan muluntuku.

Dia semakin bergelinjang sambil mendesis agak
keras. Akhirnya setelah berjalan kurang lebih 10
menitan, kaki Anita berada di pantatku dan
menekan dengan keras pantatku. Kurasa dia
sudah orangasme, karena cengkeraman bibir
kemaluannya terhadap anuku bertambah kuat
juga. Dan karena aku tidak tahan dengan
cengkeraman bibir kemaluannya, akhirnya,

“Crot.. Crot.. Crot..”, air maniku tumpah di
vaginanya. Serasa aku puas dan juga letih. Kami
berdua bersimbah keringat. Lalu segera kutuntun
dia menuju kamar mandi dan kusuruh dia untuk
membersihkan liang kewanitaannya, sedangkan
aku mencuci senjataku. Setelah itu kami kembali
ke tempat semula.
Kulihat tidak ada noda darah di karpet tempat
kami melakukan kejadian itu. Dan untung adik-
adikku tidak bangun, sebab menuruntuku desisan
dan suara dia agak keras. Lalu kumatikan TV-nya,
dan kami berdua tidur di kamar masing-masing.

Sebelum tidur aku sempat berfikir, “Wah, aku
telah memperawani sepupuku sendiri nich..!”
Sewaktu aku sudah kuliah lagi (dua hari setelah
kejadian itu), dia masih suka menelponku dan
bercerita bahwa kejadian malam itu sangat
diingatnya dan dia ingin mengulanginya lagi. Aku
jadi berpikir, wah gawat kalo gini. Aku jadi ingat
bahwa waktu itu aku keluarkan maniku di dalam
liang keperawanannya.


“Wah, bisa hamil nich anak..!”, pikirku.
Hari-hariku jadi tidak tenang, karena kalau
ketahuan dia hamil dan yang menghamili itu aku,
bisa mampus aku. Setelah sebulan lewat,
kutelpon dia di rumahnya. Setelah kutanya,
ternyata dia dapat mens-nya lagi dua hari yang
lalu. Lega aku dan sekarang hari-hariku jadi balik
ke semula.

Begitulah ceritaku saat menggauli sepupu sendiri,
tapi dasar memang sepupuku yang agak
“horny”. Tapi sampai saat ini kami tidak pernah
melakukan perbuatan itu lagi.


Adult | GO HOME | Exit
1/2613
U-ON

inc Powered by Xtgem.com